Istilah Serapan Bahasa Asing dan Prosesnya
Kalau dalam bahasa Indonesia atau bahasa
serumpun tidak ditemukan istilah yang tepat, maka dalam bahasa asing dapat
dijadikan sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan
jalan menerjemahkan, menyerap, dan menyerap sekaligus menerjemahkan istilah
asing.
Proses penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat di bawah ini terpenuhi,
yaitu:
- Istilah
serapan yang dipilih cocok konotasinya.
- Istilah
yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
- Istilah
serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika
istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.
Dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
1. Penerjemahan Istilah Asing
Istilah baru dapat dibentuk dengan cara
menerjemahkan istilah asing. Seperti :
samenwerking
kerja sama
balanced
budget
anggaran berimbang
Dalam penerjemahan istilah asing tidak selalu
diperoleh, dan tidak selalu perlu, bentuk yang seimbang arti satu-lawan-satu.
Langkah pertama yang diusahakan adalah kesamaan dan kepadanan konsep, bukan
kemiripan bentuk luarnya atau makna harfiahnya.
Medan makna dan cirri makna istilah bahasa asing
masing-masing perlu diperhatikan. Seperti :
begrotingspost
mata anggaran
brother-in-law
ipar laki-laki
medication
pengobatan
network
jaringan
Istilah dalam bentuk positif sebaiknya tidak
diterjemahkan dengan istilah dalam bentuk negatif dan sebaliknya. Seperti
: bound morpheme = morfem terikat bukan morfem tak bebas.
2. Penyerapan Istilah Asing
Untuk kemudahan dalam pengalihan antarbahasa dan
keperluan masa yang akan datang, pemasukan istilah asing, yang bersifat internasional,
melalui proses penyerapan dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat atau
lebih dipenuhi.
- Istilah
serapan yang dipilih lebih cocok karena konotasinya.
- Istilah
serapan yang dipilih lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan
Indonesianya.
- Istilah
serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika
istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.
Proses penyerapan itu dapat dilakukan tanpa
ataupun dengan pengubahan yang berupa penyesuaian ejaan dan lafal. Contohnya :
Istilah
Asing Istilah
Indonesia
yang Dianjurkan
Istilah Indonesia yang Dijauhkan
anus
anus
lubang pantat
feces
feces
tahi
urine
urine
kencing
amputation
amputasi
pemotongan anggota tubuh
decibel
desibel
satuan ukuran kekerasan suara
marathon
maraton
lari jarak jauh
oxygen
oksigen
zat asam
energy
energi
daya, gaya, tenaga, kekuatan
narcotic
narkotik
madat, obat bius, candu, dadah
horizon
horizon
kaki langit, cakrawala, ufuk
3. Penyerapan dan Penerjemahan
Istilah bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan
jalan menyerap dan menerjemahkan istilah asing sekaligus. Contoh :
bound
morpheme
morfem terikat
clay colloid
koloid lempung
clearance volume
volume ruang
bakar
subdivision
subbagian
4. Macam dan Bentuk Serapan Istilah Asing
Istilah yang diambil dari bahasa asing dapat
berupa bentuk dasar atau bentuk turunan. Pada prinsipnya dipilih bentuk tunggal
atau singular kecuali kalau konteksnya cenderung pada bentuk jamak atau plurar.
Pemilihan bentuk tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan (1) konteks situasi
dan ikatan kalimat, (2) kemudahan belajar bahasa, dan (3) kepraktisan.
Untuk keseragaman, sumber rujukan yang
diutamakan ialah istilah Inggris yang pemakaiannya sudah secara internasional.
Yaitu yang dilazimkan oleh para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah itu dapat
dilakukan dengan mengutamakan ejaannya dalam bahasa sumber tanpa mengabaikan
segi lafal.
Contoh :
atom
atom
electron
elektron
fundamental
fundamental
mathematics
matematika
system
sistem
Istilah asing yang dapat diserap dan sudah lazim
dipergunakan sebagai istilah Indonesia masih dapat dipakai walaupun
bertentangan dengan salah satu pembentukan istilah. Contohnya :
dommekracht (Belanda)
dongkrak
fikr
(Arab)
piker
parceiro
(Portugis)
persero
winkel
(Belanda)
bengke
5. Istilah Asing yang Bersifat Internasional
Istilah asing yang ejaannya bertahan di dalam
banyak bahasa dipakai juga dalam bahasa Indonesia dengan syarat diberi garis
bawah atau dicetak miring. Contohnya :
allegro moderato
kecepatan sedang
ceteris paribus
jika hal-hal lain tetap tidak berubah
esprit de corps
semangat setia kawan, rasa kesetiakawanan
in vitro
di dalam tabung
status quo
keadaan yang sekarang
vis-à-vis
terhadap, (yang) berhadapan dengan
Kata Serapan sebagai Bagian Perkembangan Bahasa
Indonesia
Kata serapan lumrah terjadi antarbahasa. Proses
serap-menyerap kata terjadi setiap kali ada kontak bahasa melalui pemakainya.
Bunyi bahasa dan kosakata merupakan unsur bahasa yang bersifat terbuka/mudah
menerima pengaruh sehingga dalam kontak bahasa proses serap-menyerap unsur
asing akan terjadi. Hal ini terjadi bisa dikarenakan adanya kebutuhan dan
kemampuan seseorang yang kurang memahami bahasa sendiri. Dalam proses
penyerapan bahasa, pasti akan timbul perubahan-perubahan. Sebab, tidak ada
proses penyerapan yang terjadi secara utuh. Proses penyerapan terjadi dengan
beberapa penyesuaian, baik dalam ejaan antarbahasa maupun ucapan.
Dalam hal kosakata, bahasa Indonesia telah
banyak menyerap unsur-unsur asing. Beberapa kosakata bahasa Indonesia juga
dipengaruhi oleh bahasa asing, seperti bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa
Inggris, dan bahasa Sanskerta. Unsur-unsur bahasa asing ini masuk ke Indonesia
ketika bangsa Indonesia mengalami kontak budaya dengan bangsa asing.
Unsur-unsur asing telah menambah sejumlah besar kata ke dalam bahasa Indonesia.
Dengan adanya perkembangan bahasa ini, maka muncullah masalah-masalah
kebahasaan. Misalnya, adanya kosakata yang diserap secara utuh dan dengan
penyesuaian-penyesuaian, yang ternyata tidak lepas dari permasalahan analogi
dan anomali bahasa.
Perspektif Analogi dan Anomali Kata Serapan
dalam Bahasa Indonesia
1. Perspektif Analogi
Analogi adalah keteraturan bahasa. Satuan bahasa
dikatakan analogis bila satuan tersebut sesuai dengan konvensi-konvensi yang
berlaku. Perubahan/penyesuaian yang terjadi dalam kata serapan dapat diketahui
dengan membandingkan kata-kata sebelum masuk ke dalam bahasa Indonesia dan
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, kata serapan yang
dikaitkan dengan analogi bahasa dilakukan dengan membandingkan unsur-unsur
intern bahasa penerima pengaruh itu sendiri. Artinya, untuk mengetahui bahwa
kata tersebut benar-benar kata serapan, maka perlu dilihat aslinya tanpa harus
mengetahui proses perubahan/penyesuaian. Hal yang perlu diingat adalah
bagaimana keadaan kata tersebut setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia --
sistem fonologi, sistem ejaan, dan struktur bahasa.
1.1 Analogi dalam Sistem Fonologi
Banyak kata serapan yang sesuai dengan sistem
dalam bahasa Indonesia, baik melalui proses penyesuaian atau tanpa proses
penyesuaian. Contoh:
Aksi - action (Inggris)
Derajat - darrajat (Arab)
Aksi - action (Inggris)
Derajat - darrajat (Arab)
Jika dikaitkan dengan kenyataan historis, fonem
/kh/ dan /sy/ diakui sebagai fonem lazim dalam sistem fonologi bahasa Indonesia
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:15). Namun, bila diselidiki lebih
teliti secara historis, kedua fonem ini bukan fonem asli Indonesia. Semua kata
yang menggunakan fonem /kh/ dan /sy/ masih bisa dilacak aslinya berasal dari
bahasa Arab.
Jika fonem /kh/ dan /sy/ bukan asli Indonesia,
maka pada awal munculnya dalam bahasa Indonesia bisa dianggap sebagai gejala
penyimpangan/anomalis. Namun, setelah berlangsung lama, disertai frekuensi
penggunaannya yang tinggi, maka dianggap sebagai gejala yang analogis.
Fonem-fonem lain yang merupakan fonem serapan adalah /f/, /q/, /v/, dan /x/.
1.2 Analogi dalam Sistem Ejaan
Sistem ejaan berhubungan dengan pembakuan.
Pembakuan didasarkan pada Ejaan Yang Disempurnakan. Ada pembahasan khusus
tentang penulisan unsur serapan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1994:38). Menurut taraf integrasinya, unsur pinjaman ke dalam bahasa lndonesia
dibagi menjadi (1) unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia. Contoh: reshuffle. (2) Unsur pinjaman yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia -- merupakan analogi
bahasa. Contoh: Sentral - central.
2. Perspektif Anomali
Anomali adalah penyimpangan/ketidakteraturan
bahasa. Satuan bahasa dikatakan anomalis bila tidak sesuai/menyimpang dengan
konvensi-konvensi yang berlaku. Untuk menentukan anomali bahasa pada kata-kata
serapan dalam bahasa Indonesia, kita bisa menggunakan cara memperbandingkan
unsur intern dari bahasa penerima pengaruh, suatu kata yang tampak sebagai kata
serapan dibandingkan atau dilihat dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia. Apabila kata tersebut tidak memiliki kesesuaian dengan kaidah yang
berlaku, maka kata tersebut termasuk anomalis. Kata-kata yang anomalis bisa
dalam bentuk fonologi, ejaan, ataupun struktur.
2.1 Anomali dalam Sistem Fonologi
Munculnya anomali dalam fonologi terjadi karena
adanya kata asing yang diserap secara utuh ke dalam bahasa Indonesia, tanpa
mengalami perubahan penulisan dan bisa dibaca seperti aslinya. Contoh: Export
asalnya export; Exodus asalnya exodus.
2.2 Anomali dalam Sistem Ejaan
Semua kata asing yang secara utuh diserap ke
dalam bahasa Indonesia, tanpa melalui penyesuaian dengan kaidah di dalam
penulisan. Contoh: Bank - bank (Inggris); jum'at - jum'at (Arab).
Selain itu, terdapat pula kata-kata asing yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia dan ditulis sebagaimana aslinya. Jika
termasuk dalam gejala anomalis, kata-kata tersebut tidak menyimpang dari kaidah
dalam bahasa Indonesia. Contoh: era - era (Inggris); formal - formal (Inggris).
2.3 Anomali dalam Struktur
Struktur yang dimaksud adalah struktur kata.
Kata bisa terdiri dari satu morfem, bisa juga tersusun dari dua morfem atau
lebih.
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia bisa terdiri dari satu morfem, dua morfem atau lebih. Misalnya:
federalisme - federalism (Inggris); bilingual - bilingual (Inggris);
eksploitasi - exploitation (Inggris).
Proses penyerapan untuk kata-kata tersebut
dilakukan secara utuh sebagai satu satuan. Contohnya, kata
"Federalisme" tidak diserap secara terpisah yaitu "Federal"
dan "isme".
Kata serapan dari bahasa Inggris yang memiliki
akhiran "tion", diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi berakhiran
"si" karena mengalami penyesuaian. Ternyata hal ini memunculkan
masalah kebahasaan, yaitu munculnya akhiran "sasi" yang melekat pada
kata-kata yang tidak berasal dari bahasa Inggris, seperti: islamisasi - islam +
sasi; kristenisasi - kristen + sasi
Dalam linguistik, proses pembentukan ini disebut
"anologi". Istilah anologis wajar digunakan karena menggunakan bentuk
yang sesuai dengan bentuk yang telah ada. Maksudnya, penggunaan struktur
neonisasi didasarkan pada kata "mekanisasi" dan sejenisnya yang telah
ada.
Akhiran "sasi" dalam bahasa Indonesia
termasuk gejala anomali bahasa. Mengapa? Karena jika kita bandingkan dengan
kaidah gramatikal, khususnya berkaitan dengan struktur morfologi kata, akhiran
(sasi) di dalam bahasa Indonesia tidak ada. Hal ini berpotensi memunculkan
permasalahan baru, yaitu masalah pengakuan dari para pakar yang memiliki
legalitas di dalam bahasa. Akhiran (sasi) merupakan gejala anomali apabila
akhiran "sasi" dianggap tidak resmi dalam bahasa Indonesia. Namun,
jika akhiran "sasi" bisa diterima sebagai akhiran dalam bahasa
Indonesia, maka ada perubahan dari anomali menjadi anologi. Proses penyerapan
seperti ini juga terjadi pada bahasa Arab. Contoh: insani - insani; duniawi -
dunyawi.
Sumber : http://www.cikancah-cyber.com/2016/12/istilah-serapan-bahasa-asing.html
http://pelitaku.sabda.org/proses_penyerapan_bahasa_asing_ke_dalam_bahasa_indonesia
Komentar
Posting Komentar